Bertaruh di Bangka Belitung

Ajianto Dwi Nugroho

Mon, 1 April 2002

MENERBITKAN harian Bangka Pos, pada mulanya sebuah taruhan. Harian yang terbit di Pulau Bangka itu pertama kali terbit 25 Mei 1999. Modalnya keyakinan.

MENERBITKAN harian Bangka Pos, pada mulanya sebuah taruhan. Harian yang terbit di Pulau Bangka itu pertama kali terbit 25 Mei 1999. Modalnya keyakinan. Maklum, daya baca wilayah itu hanya enam ribu orang. Koran ini di bawah jaringan PT Indopersda Primamedia dari kelompok Kompas Gramedia. "Hampir 100 persen saham dimiliki Indopersda," ujar Agus Ismunarno, pemimpin redaksi Bangka Pos.

Empat puluh orang diterjunkan untuk menerbitkannya. Agar laku, koran ini menggunakan motto, "Yook kite punya provinsi." Bangka Pos makin menancapkan kukunya, koran ini diterima, dan terus menyuarakan dirinya sebagai koran milik warga Bangka-Belitung.

Setiap hari, koran ini dicetak sekitar 6.000 eksemplar. Kebanyakan diedarkan di Pangkal Pinang. Bangka Pos pernah laku 19 ribu eksemplar ketika memuat peristiwa pembunuhan seorang gadis setempat.

Perkembangan yang menguntungkan mendorong Bangka Pos mendirikan PT Bangka Media Grafika, sebagai anak perusahaan PT Indopersda Primamedia. PT Bangka Media Grafika kemudian menerbitkan harian Belitung Pos. Koran ini terbit sore hari dan khusus dikirim ke wilayah Belitung. Kebijakan ini diambil setelah merosotnya penjualan Bangka Pos di wilayah Belitung.

Dulu, Bangka Pos masih laku sekitar 500 eksemplar di Belitung. Angka itu terus merosot. Masyarakat Belitung menganggap, Bangka Pos tak banyak memberitakan Belitung. Belitung Pos pun diterbitkan. "Mereka menganggap Bangka Pos bukanlah koran mereka," ujar Agus.

Merasa tak cukup, PT Bangka Media Grafika menerbitkan Pos Bangka Belitung pada 6 Oktober 2001. Jadi Bangka Pos dan Belitung Pos, untuk kalangan menengah ke atas, Pos Bangka Belitung untuk menengah ke bawah.

Penyajiannya pun berbeda. Bangka Pos dikemas dalam bahasa yang santun dengan porsi pemberitaan politik lebih besar. Sementara Pos Bangka Belitung menampilkan berita-berita kriminal lokal.

Uniknya tampuk kepemimpinan di Bangka Pos, Pos Belitung, dan Pos Bangka Belitung semuanya dipegang satu orang. Mulai dari direksi, pemimpin umum, pemimpin redaksi, dan pemimpin perusahaan dipegang Agus Ismunarno. "Kami menerapkan prinsip low cost media. Di samping itu memang tugas jaringan kami membentuk kaderisasi lokal sampai siap untuk memimpin suratkabar daerahnya sendiri," ujar Agus.

Jaringan pers daerah Kelompok Kompas Gramedia di Bangka, harus bersaing dengan musuh lamanya, yakni jaringan Jawa Pos. Di Pulau Bangka harian Bangka Belitung Pos diterbitkan Jawa Pos News Network dari Surabaya. Namanya memang mirip, cuma dibolak-balik.

Baik Belitung Pos maupun Pos Bangka Belitung tampaknya dipakai sebagai strategi menghadang ruang edar Bangka Belitung Pos. Namun, Agus membantahnya. "Jika dianggap sebagai penghadang bagi jaringan koran lainnya, itu dampaknya saja. Sebenarnya prinsip kami adalah agar ada kesetaraan pemberitaan antara Bangka dan Belitung," ujar Agus.

Tapi sejak perusahaan penambangan timah milik negara PT Tambang Timah, yang jadi andalan penerimaan daerah di pulau itu, menutup diri, ada kekhawatiran ekonomi, kawasan akan merosot, dan koran tidak laku. Agus tak sependapat. Sengketa antara pemerintah daerah dan perusahaan penambangan timah itu justru jadi berita yang laku dijual.

Agus berasumsi, dengan hengkangnya PT Tambang Timah dari Bangka, tambang-tambang rakyat akan jadi sumber ekonomi baru dan daya beli meningkat. Toh, asumsi itu bisa keliru.*

kembali keatas

by:Ajianto Dwi Nugroho