Menggalang Dana

Anonim (sementara)

Mon, 5 November 2001

MEDIA ternyata tak hanya berperan dalam memberikan informasi. Dalam penggalangan dana pun media cukup jitu. Lihat saja ketika terjadi tragedi World Trade Center.

MEDIA ternyata tak hanya berperan dalam memberikan informasi. Dalam penggalangan dana pun media cukup jitu. Lihat saja ketika terjadi tragedi World Trade Center. WDSU TV, salah satu stasiun televisi di New Orleans, berhasil mengumpulkan dana tak kurang US$2 juta dalam sehari dari penontonnya.

Keberhasilan ini kemudian diikuti sejumlah media lain di negeri Paman Sam itu. Bahkan, tak sedikit media memanfaatkan artis atau orang-orang terkenal semisal Meg Ryan dan Julia Robert, untuk menggaet simpati pemirsa.

Penggalangan dana melalui media memang memikat. Empat jaringan televisi besar macam ABC, CBS, NBC, dan Fox TV, membuktikannya. Menurut kantor berita Reuters, dalam 15 menit pertama program telepon mereka pada 21 September 2001 tercatat 300 ribu penelepon yang masuk dan memberikan sumbangan.

Di Indonesia, ada sekitar 30-an media, baik cetak maupun elektronik, yang memiliki program penggalangan dana semacam ini. Stasiun televisi Indosiar dengan program Peduli Kasih dan Kita Peduli, lalu suratkabar Kompas dengan Dompet Bengkulu Kompas, dan radio Elshinta 90.05 MHz dengan Elshinta Peduli.

Indosiar berhasil menggalang dana sebesar Rp 6 miliar lewat kedua program itu. Sebelumnya lewat program Peduli Bengkulu terhimpun dana sebesar Rp 10,8 miliar dalam waktu enam bulan. Kompas berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp 2 miliar dalam jangka waktu lima bulan, sedang radio Elshinta menggalang dana sebesar Rp 350 juta dalam waktu satu tahun.

Galang-menggalang dana tersebut menjadi tema diskusi pada 4 Oktober 2001 di Jakarta. Menurut Dedy Djamaludin Malik, ketua Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Bandung, salah seorang pembicara, penghimpunan dana dengan strategi ini memang lebih efektif dan efisien. Dari segi kemasan, cukup menarik. Penyampaiannya juga lebih cepat dan serempak. Selain itu, jumlah sasaran yang dicapai jauh lebih besar ketimbang menggunakan cara konvensional atau oral. Efeknya lebih terasa pada sasaran.

Penggalangan dana melalui media ini pun telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 1997 tentang Penyiaran pasal 43, “Siaran iklan layanan masyarakat wajib diberi porsi sekurang-kurangnya 10 persen dari waktu siaran iklan niaga di lembaga penyiaran swasta dan sekurang-kurangnya 20 persen dalam sehari bagi lembaga penyiaran pemerintah yang disiarkan tersebar sepanjang waktu siaran.”

Namun, strategi tersebut memiliki kelemahan.

Dalam kasus World Trade Center misalnya, penggalangan dana melalui media rentan terhadap penyalahgunaan. Media tertentu memperingatkan pemirsanya agar tak terjebak oleh tipu muslihat dari orang-orang yang tak bertanggung jawab sekaligus menjaga antusiasme masyarakat penyumbang tak surut.

“Kode etik juga bisa menjadi kontrol terhadap penggalangan dan pengelolaan dana,” kata Dedy.

Di Inggris penggunaan kode etik sebagai kontrol telah diterapkan. Zaim Saidi, peneliti dari Public Interest Research and Advocacy Center dan penanggung jawab buletin Galang, berpendapat secara individual sudah sepantasnya media saling mengawasi satu sama lain dan lembaga-lembaga yang berdiri secara independen juga harus terlibat dalam usaha ini.

“Organ lain yang dapat secara sistematis mengawasi adalah kalangan komunitas pers dan penyiaran, di samping adanya kode etik,” katanya.

Rentannya penyelewengan uang bukan satu-satunya masalah yang muncul dari pengumpulan dana melalui media.

Minimnya tingkat keterwakilan atau partisipasi donatur dalam pengelolaan dana dan belum dilakukannya proses perencanaan, merupakan beberapa kelemahan lain dari program ini.

Akibatnya, media terlihat bagai sinterklas yang gemar membagi-bagikan uang, meski uang itu berasal dari masyarakat.

“Dan jangan lupa media harus profesional dalam mempersiapkan sarana dan prasarana, misalnya rekening bank,” tambah Ishadi S.K. dari Trans TV.

Musibah atau tragedi terjadi hampir setiap hari di muka bumi. Korban-korban berjatuhan. Kotak sumbangan melalui media makin populer. Di Indonesia, meski kondisi perekonomian masih muram, tetap saja jumlah dana sosial yang mengalir tak sedikit. Namun ada saja yang ingin memancing di air keruh.*

kembali keatas

by:Anonim (sementara)