Kemenangan untuk Perdamaian

Samiaji Bintang

Tue, 12 December 2006

Irwandi Yusuf bakal dilantik menjadi Gubernur Aceh. Tantangannya adalah bagaimana bekerja sama dengan pemerintah Jakarta.

ENAM jam setelah pemungutan suara, puluhan wartawan domestik dan mancanegara mengerubuti Irwandi Yusuf, pada Senin malam, 11 Desember itu. Sejumlah petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berada di Banda Aceh ikut merayakan kemenangan Irwandi. Dia adalah gubernur Aceh periode mendatang.

Bersama Muhammad Nazar yang menjadi pasangannya, Irwandi berhasil mengalahkan tujuh pasang kandidat lain yang berlaga dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) Aceh. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Jaringan Isu Publik menyatakan bahwa berdasar hasil hitung-cepat yang mereka lakukan dengan jumlah sampel 331 dari 8.471 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di seluruh kabupaten atau kota, pasangan Irwandi dan Nazar mendapat suara terbanyak. Persentasenya mencapai 39,27 dengan partisipasi pemilih 78,95 persen. Sedangkan pasangan kandidat Ahmad Humam Hamid dan Hasbi Abdullah yang mendapat dukungan resmi dari Perdana Menteri GAM Malik Mahmud, hanya meraih suara 16,17 persen.

“Error margin-nya plus-minus dua persen. Kami yakin dengan metode dan hasil ini. Persentasenya mungkin akan berubah. Tetapi rangkingnya tidak berubah, pertama Irwandi-Nazar, kedua H2O. Irwandi sudah dominan pada pandangan pertama dalam kertas suara, dia sangat cerdas ketika memilih menggunakan pakaian adat Aceh sementara yang lain menggunakan jas,” kata Denny Jauhar Ali, direktur eksekutif LSI.

Hasil hitung-cepat yang dilakukan Forum Lembaga Swadaya Masyarakat Aceh, Katahati Institute, Aceh Development Fund, dan e-Card, tak jauh beda. Dari sampel 335 TPS yang diambil tim relawan yang tergabung dalam Jurdil Aceh itu, pasangan Irwandi-Nazar berada di rangking pertama dengan 38,57 persen. Humam-Hasbi yang menjadi pesaing terberat berada di urutan kedua dengan persentase 17,04.

Di Pendopo, Gubernur Mustafa Abubakar menyatakan masyarakat di 21 kabupaten atau kota antusias menggunakan hak suara mereka di TPS. Sedangkan Kepala Kepolisian Daerah Aceh Inspektur Jenderal Bachrumsyah Kasman mengungkapkan, kendati terjadi insiden ledakan bom rakitan di Aceh Utara, secara umum penyelenggaraan pilkada 11 Desember lalu berlangsung lancar.

Kepolisian Daerah atau Polda mengerahkan 10.014 personel untuk mengamankan pesta demokrasi ini. Jumlah itu masih ditambah dengan 2.002 anggota Tentara Nasional Indonesia dan ratusan pemantau nasional serta luar negeri ikut mengawasi jalannya pencoblosan di sejumlah TPS.

“Ini kemenangan bagi rakyat Aceh yang semakin matang berdemokrasi,” kata Bakhtiar Abdullah, juru bicara GAM yang ikut merayakan kemenangan Irwandi malam itu di Swiss Belhotel, Banda Aceh.

“Dari pertama saya sudah yakin, GAM dan SIRA memang sulit dikalahkan,” timpal Nur Juli. Dia petinggi GAM yang tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia. Juli beberapa kali terlibat dalam perundingan damai antara GAM dan pemerintah Indonesia sejak tahun 2000.

“Dan ini juga kemenangan bagi daerah lain. Karena pilkada ini berlangsung damai. Kemenangan lainnya, setelah ini akan muncul partai-partai lokal. Apa yang terjadi di Aceh juga akan terjadi di seluruh Indonesia. Meski tidak seratus peratus, daerah lain bisa mencontoh Aceh,” lanjutnya.

Irwandi adalah bekas penasehat militer Tentara Negara Aceh (TNA) ketika Aceh masih berstatus Darurat Militer. Usianya 46 tahun.

Dia lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala pada tahun 1987. Studi tingkat master dilanjutkannya di Oregon State University, Amerika Serikat.

Jalan hidupnya berubah ketika dia berada di Amerika Serikat. Dia makin paham tentang GAM melalui surat-menyurat dengan teman-temannya yang mendukung gerakan ini. Setelah ikut GAM, dia mendapat pendidikan kemiliteran di Amerika Latin.

“Tahun 1998 saya bergabung dengan GAM, setelah Soeharto jatuh. Boleh dikatakan, kantor markas GAM pertama adalah di rumah saya, di Banda Aceh. Sedangkan komandonya dari Tengku Abdullah Syafei di Pidie. Hal lain seperti aksi mogok, press release itu keluar dari saya,” ungkap Irwandi.

“Apa arti kemenangan ini bagi bekas anggota TNA?” tanya saya.

“Ini kemenangan untuk perdamaian. Karena saya juga pelaku perdamaian dan perjuangan, alangkah cocok. Ini juga sebuah kelanjutan yang bagus, di mana pelaku perjuangan menjadi pelaku langsung perdamaian,” jawab Irwandi.

DI Gampong Dayah Lampoh Awe, Pidie, nama pasangan Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar tak populer. Lampoh Awe adalah kampung kelahiran Tengku Muhammad Usman Lampoh Awe.

Tengku Usman Lampoh Awe adalah salah seorang deklarator GAM yang masih hidup. Tanggal 4 Desember 1976, dia ikut mendesak dan menyaksikan Wali Nanggroe Tengku Muhammad Hasan Di Tiro membacakan proklamasi Negara Acheh.

Usman duduk dalam kabinet pertama Negara Acheh sebagai menteri keuangan. Umurnya sudah kepala empat ketika peristiwa yang menjadi awal konflik dan permusuhan antara pemerintah Indonesia dan GAM itu berlangsung.

Tak lama setelah proklamasi, rumah Usman dibakar. Dia dijebloskan ke penjara selama 23 tahun. Dia disetrum dan mengalami penyiksaan berat lainnya.

“Ini pertama kali saya mencoblos setelah pemilu tahun 1955,” tutur Usman usai mencoblos kepada saya. Ada bekas celupan tinta warna biru di jari kelingking kanannya.

Di TPS yang tak jauh dari tepi pantai itu, pasangan Humam-Hasbi meraih kemenangan mutlak. Sebanyak 140 orang dari 148 warga gampong yang tercantum sebagai pemilih tetap, memilih Humam-Hasbi. Sedangkan pemilih yang mencoblos gambar pasangan Irwandi-Nazar hanya seorang.

Usman menyatakan bahwa GAM mendukung pasangan H2O. Pertimbangannya, Humam-Hamid mempunyai sumber daya manusia yang baik. Humam, menurut dia, pernah mengajak unsur dan kalangan asing untuk ikut membantu masyarakat Aceh. Dalam pandangan Usman, Humam juga belum memiliki cacat.

“Di mata pemerintah juga masih orang baik. Orang mengatakan, dari air yang jernih tidak akan mengalir air keruh,” tegasnya.

Di sela wawancara, telepon genggam Usman berbunyi. Sebuah pesan masuk. Pesan itu juga dikirimkan kepada petinggi dan anggota GAM lainnya. Dia membacakan isi pesan tersebut. Cukup panjang.

“Pemimpin tertinggi GAM di Swedia doktor Muhammad Hasan Di Tiro hari ini di Stockholm menyatakan dirinya telah melarang para petinggi dan anggota GAM untuk mendukung H2O atau para kandidat dari partai Indonesia. Pemimpin Aceh harus kader GAM independen. Tidak boleh naik lewat P3 atau partai lainnya. Saya akan menindak tegas para petinggi dan anggota GAM yang mendukung H2O atau partai. Saya akan memberi sanksi tegas kepada anggota GAM yang disogok oleh partai, itu bertentangan dengan partai GAM dan kepentingan bangsa Aceh. Rakyat Aceh mesti independen dalam pemimpin. Tidak boleh menerima godaan pihak lain. Sudah cukup penderitaan Aceh karena ulah partai selama ini, katanya kepada kantor berita AFP online biro Swedia.”

“Itu pasti palsu!” Suara Usman terdengar tinggi.

“Itu pemalsuan, pengkhianatan, fitnah yang paling besar. Karena itu salah satu gerak yang dibuat oleh partai tertentu untuk memenangkan dirinya. Saya menyerukan supaya bangsa Aceh percaya diri sendiri yang sudah tertutup masa kampanye tiga hari lalu. Apa yang dipilih dalam hati mereka, itulah yang benar.”

Dia juga menegaskan bahwa hingga detik pencoblosan terakhir, dukungan GAM lewat surat Perdana Menteri Malik Mahmud belum dicabut. Malik telah membuat sebuah pengumuman agar Panglima Pusat KPA Muzakkir Manaf mengumumkan supaya KPA-KPA di wilayah mendukung pasangan H2O.

“Dukungan terhadap H2O dari perdana menteri resmi, masih tetap sampai sekarang. Tidak pernah ada penarikan.”

“Apa pendapat Anda terhadap anak-anak muda GAM yang maju dalam pilkada?”

“GAM ini sudah 30 tahun dibina oleh Doktor Hasan Muhammad di Tiro. Beliau masih eksis sampai sekarang. Kemudian ada anak-anak yang baru kelas satu dalam sekolah GAM ini mengatakan dosen itu bodoh. Apa yang Anda pikirkan? Saya kurang mengerti. Dan mereka mengatakan bahwa orang-orang itu sudah pikun semua, sehingga tidak tahu lagi mana yang benar. Kalau ada sebuah kampus yang anak masih semester satu berani mengatakan kepada rektor bodoh, itu Anda bisa tafsir siapa yang lebih bodoh,” ujarnya, berapi-api.

“Yang dari independen boleh naik, tapi tidak boleh membawa nama GAM. Jangan ditanya kepada saya kenapa Irwandi membawa nama GAM. Itu tanggung jawab dia sendiri,” kata Usman, lagi.

Meski tak mendapat restu resmi, Irwandi punya argumen atas kemenangannya yang didukung sebagian besar rakyat Aceh.

“Karena masyarakat menginginkan perubahan. Dan kami dari kelompok penerobos, yang selama ini tukang melawan. Tukang-tukang yang melawan itu ‘kan orang-orang yang melakukan perubahan. Ini juga berkat pengorbanan ribuan nyawa dan doa puluhan ribu anak yatim,” ujar Irwandi.

“Dan kami tetap berkomunikasi dengan orang-orang tua. Tidak ada perbedaan antara golongan tua dan golongan muda,” Nazar menambahkan.

KEMENANGAN pasangan Irwandi-Nazar mengejutkan Sidney Jones. Dia peneliti dari International Crisis Group, lembaga yang bermarkas di Brussel, Belgia. Sidney kerap melakukan penelitian seputar terorisme dan hak asasi manusia. Gerakan perlawanan di Indonesia, seperti GAM, tak luput dari sasaran penelitiannya.

Dia menghadiri malam kemenangan Irwandi-Nazar. Dia sempat bercanda dengan Direktur Badan Intelijen Negara Syamsir Siregar yang datang ke Swiss Belhotel malam itu.

“Apa tantangan yang bakal dihadapi Irwandi?” tanya saya pada Sidney.

“Saya pikir sulit sekali untuk mengubah dari seorang gerilya menjadi seorang gubernur. Itu satu tantangan besar. Bagaimana bisa bekerja sama dengan bermacam-macam partai. Hasil konkret akan menjadi ujian besar. Tapi (hasil) ini benar-benar luar biasa!”

Sebagai bekas kombatan yang militan dalam mewujudkan cita-cita Aceh merdeka, Irwandi dikhawatirkan bakal menghadapi banyak tentangan dari Jakarta. Namun menurut Sidney, pemerintahan di Jakarta mesti menerima kemenangan Irwandi dalam pesta demokrasi yang berlangsung damai itu.

“Jakarta harus bekerja sama dengan Irwandi,” kata Sidney.

Dalam penyampaian visi dan misi, pasangan Irwandi-Nazar punya keinginan untuk merevisi Undang-Undang Pemerintahan Aceh. Undang-undang buatan parlemen di Senayan itu dinilai belum sesuai dengan isi perjanjian Helsinki. Ini bakal menjadi tantangan besar buat pasangan baru ini.

“Pemerintahan di Jakarta sudah berjanji untuk merevisi. Cuma kapannya masih belum tahu,” ujar Irwandi.

“Kita harapkan tidak gagal,” timpal Nazar.

*) Kontributor Sindikasi PANTAU di Banda Aceh.

kembali keatas

by:Samiaji Bintang