How Long Can You Stand?

Taufik Andrie

Mon, 2 February 2004

SEORANG laki-laki 40 tahun asal Tangerang pernah mengirim surat keluhan pada seksolog di situs www.klinikpria.com. “Saya baru dapat ejakulasi rata-rata 20-30 menit setelah penetrasi,” tulisnya.

SEORANG laki-laki 40 tahun asal Tangerang pernah mengirim surat keluhan pada seksolog di situs www.klinikpria.com. “Saya baru dapat ejakulasi rata-rata 20-30 menit setelah penetrasi,” tulisnya. Alih-alih senang, pria ini malah kasihan pada sang istri yang kerap kesakitan ketimbang menikmati hubungan seks.

Soalnya adalah kira-kira berapa lama waktu standar untuk mencapai ejakulasi bagi laki-laki, khususnya di Indonesia, jika 30 menit dianggap kelamaan? Tak ada angka pasti. Secara faktual tak pernah ditemukan data statistik maupun hasil penelitian soal ini.

Kenapa? Dr H. Bambang Sukamto DMSH, seksolog yang mengepalai program On Clinic Indonesia –lembaga pengobatan impotensi dan ejakulasi yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Medan, Makassar, hingga Batam– memberikan jawabannya.

”Sulit menemukan responden yang mau diteliti. Laki-laki kan tak mau jujur soal seberapa jauh kemampuan seksual mereka. Lagipula menentukan angka standar memang sulit, harus dilihat kasus per kasus. Termasuk pada gangguan-gangguan macam impotensi dan ejakulasi dini,“ katanya.

Beda dari Indonesia, di Amerika seorang laki-laki rata-rata mencapai ejakulasi dalam waktu 12 menit. Rilis ini dikeluarkan www.apol.net, sebuah situs milik komunitas keturunan Portugis-Amerika. Angka ini juga dihitung sebagai waktu rata-rata perempuan (Amerika) untuk mencapai orgasme. Tentu tanpa gejala riil ejakulasi layaknya laki-laki. Teorinya, ejakulasi dihitung sejak penetrasi dilakukan hingga muncrat cairan semen dan sperma yang menandai tuntasnya kerja seksual seorang laki-laki.

Saat diminta mengira-ngira, Soekamto mengatakan, “Untuk orang Indonesia, untuk standar normal atau umumnya, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ejakulasi minimal tiga sampai tujuh menit. Tiga menit itu minimal, karena jika sudah di bawah tiga menit kategorinya sudah ejakulasi dini. Kadang ada juga orang yang bisa sampai 10 menit, beberapa malah mengaku mencapai angka 15-25 menit. Tapi ini tidak bisa digeneralisasi.“

Data lain dari FHM (For Him Magazine), majalah waralaba yang berbasis di Inggris, edisi November 2003 menyebutkan bahwa pria-pria Austria mampu mencapai ejakulasi setelah 31 menit. Sedang rata-rata orang Indonesia hanya kuat bertahan selama 25 menit. Rata-rata keseluruhan pria (responden) dari pelbagai bangsa mencapai 26 menit. Sedang untuk perempuan muncul angka rata-rata 33 menit di banyak negara, meski perempuan asal Italia mengaku bisa mencapai 45 menit, selisih 10 menit dibanding perempuan Indonesia. Riset ini dikerjakan secara random pada 75.000 pengguna internet dari pelbagai negara.

Angka-angka ini mungkin tak bicara apa-apa jika industri obat kuat tak merajalela seperti belakangan ini. Indikasi keperkasaan laki-laki memang tak sepenuhnya ditentukan dari lama-tidaknya rentang waktu mencapai ejakulasi. Namun jika data-data penjualan obat kuat macam viagra melambung hingga US$ 1,7 milyar pada 2002, maka indikasi di atas jadi terkesan wajar.

Jika laki-laki Indonesia dengan kategori normal saja, dengan kisaran waktu mencapai ejakulasi antara 3 menit (titik terendah) sampai 25 menit (titik tertinggi), masih butuh obat kuat, lantas bagaimana dengan yang di bawahnya? Sejak berdiri pada 1996 sampai Desember 2003, On Clinic Indonesia mencatat keluhan lebih dari 60.000 laki-laki dengan proporsi impotensi 50% dan ejakulasi dini 50%. Dengan rentang usia antara di atas 40 tahun untuk impotensi dan di bawah 40 tahun –sebagian bahkan pasangan muda– untuk ejakulasi dini.

Lain ejakulasi lain ereksi. Rentang ereksi dihitung sejak permulaan atau saat penis masih lemas (flasid), fase pengisian darah, fase pembesaran (tumesensi) atau biasa juga disebut vaskularisasi, lalu fase ereksi (tegak), dan sampai pada fase rigid (tegak dan keras), dan terakhir pengenduran atau pelemasan kembali (detumensensi) akibat kontrarangsang dari saraf simpatik hormon adrenalin.

Seksolog W.B Saunder dari The Kinsey Institute for Research in Sex, Gender and Reproduction dalam Sexual Behavior in the Human Male pernah mempublikasikan penelitian soal ini. Hasilnya, dalam rentang usia antara 15 hingga 70 tahun terdapat durasi yang berbeda secara signifikan. Usia produktif dihitung dari 21-25 tahun, 26-30 tahun, 31-35 tahun, 36-40 tahun, dan 41-45 tahun. Kemampuan ereksi masing-masing: 54,43 menit, 53,09 menit, 47,24 menit, 40,62 menit, dan 31,07 menit. Rentang usia di bawah 21 tahun dan di atas 45 tahun berada dalam radius antara di bawah 40-12 menit dan di bawah 21-7 menit pada usia di atas 50 tahun.

Masih dalam riset yang sama, saat ejakulasi kecepatan sperma disinyalir mencapai angka rata-rata 45 km/jam, kira-kira lebih cepat dari mobil remote control Anda dan jauh lebih kencang dari laju kendaraan saat jalanan macet di Jakarta. Volume ejakulasi mencapai 4,0 cc, sekitar satu sendok teh, dengan durasi orgasme rata-rata mencapai 3,0-5,0 detik. Perempuan bahkan bisa lebih lama hingga 5,0-8,0 detik.

Di Indonesia jangan harap ada penelitian semacam ini. Data-data statistik hanya dimiliki klinik-klinik pengobatan dan rumah sakit dengan tingkat kerahasiaan yang terjaga. Mungkin takut reputasi keperkasaan laki-laki jadi anjlok atau karena memang begitulah standar ilmiah kedokteran.

Bagaimanapun, lama-tidaknya mencapai ejakulasi lebih ditentukan oleh berbagai faktor; kondisi fisik dan kejiwaan, usia, gangguan penyakit kronis, foreplay, komunikasi antarpasangan, dan faktor lain yang kadang tak terduga –misalnya, takut ketahuan hansip atau merasa bersalah terhadap pasangan tetap. Nah, lama-tidaknya mencapai ejakulasi ini juga tergantung dari jujur-tidaknya laki-laki terhadap pasangan, pemahaman dan perilaku seks masing-masing orang, dan pengetahuan yang baik soal seks. Setidaknya demikian menurut Bambang Sukamto.

Di Indonesia, alih-alih memahami seks dengan benar, sebagian malah bersembunyi di belakang mitos. Dari jasa pembesaran penis ala Mak Erot yang tersohor, obat kuat Cina, ramuan perkasa India, produk suplemen khusus laki-laki macam Irex, hingga produk impor Viagra. Hal-hal yang justru mengaburkan esensi seks dengan segenap variabel kesehatan, keindahan, dan kenikmatannya. Banyak di antaranya bahkan suka “main tancap.”

Untuk soal ini Bambang Sukamto berkomentar, “Sebetulnya hanya sugesti saja. Masyarakat kita memang kurang memahami pengetahuan seks dengan baik. Tidak mengerti kondisi fisik dan psikologis pasangan, padahal tujuan seks bukan cuma rekreasi, tapi juga prokreasi (melanjutkan keturuan), relasi (hubungan kasih sayang), dan institusi (hubungan keluarga). Dan lama-tidaknya mencapai ejakulasi ini sebenarnya bukan masalah besar. Sayangnya soal-soal macam ini tak banyak diperhatikan.”

So, how long can you stand?*

kembali keatas

by:Taufik Andrie