Financial Times ala Tempo

Anonim (sementara)

Mon, 2 April 2001

MALAM turun di bawah jalan layang Kebayoran Lama, Jakarta. Ada papan petunjuk terbaca Koran Tempo, di muka jalan masuk.

MALAM turun di bawah jalan layang Kebayoran Lama, Jakarta. Ada papan petunjuk terbaca Koran Tempo, di muka jalan masuk. Kantor Koran Tempo terletak paling ujung, menempati satu blok berlantai tiga, bekas kantor majalah Forum Keadilan.

Lantai dua dipenuhi meja dan komputer, begitu pula lantai tiga yang menyisakan ruang mungil tempat Ivan Haris, redaktur eksekutif Koran Tempo, menyiapkan rencana besar mereka.

Sebuah harian baru lahir di sini. Namanya, Koran Tempo. Cita-citanya, mengembalikan koran pada khittahnya."Baik secara tampilan maupun isi, " kata Ivan Haris, bersemangat.

Malela Mahargasari, rekan Ivan Haris dalam tim redaksi Koran Tempo, menjelaskan. "Koran yang ada sekarang cenderung membuat opini. Teknik promosi, eye catching, banyak memuat kutipan dari opini penulisnya. Ada koran yang menjual judul. Bahkan, ada koran besar yang tidak membedakan news atau opini," ujar Malela.

Seringkali judul tak sesuai dengan berita. Ketakpuasan orang bisa muncul dari sini, terutama membaca tajuk suratkabar yang dijajakan pedagang asongan di lampu-lampu merah. Koran Tempo tak ingin terjebak dalam situasi tersebut. Berita suratkabar harus menyajikan fakta.

"Anda pernah baca nggak, lebih dari satu paragraf Kompas? Saya rasa susah, panjang-panjang, njelimet, sok feature, tapi nggak kena juga," kata Haris.

Sikap ini, agak merendahkan koran lain, menganggap koran yang hadir sebelum Koran Tempo tak menjalankan praktek jurnalisme yang benar.

"Tapi jangan dibilang sombong ya!" kata Malela.

Awalnya penerbit suratkabar ini, PT Tempo Inti Media Tbk, yang juga menerbitkan majalah Tempo, berpikir banyak berita menarik yang tak bisa ditampung dalam mingguan mereka.

Ide membuat suratkabar dibicarakan lebih serius setelah membaca peluang pasar. Ada yang lowong di sana. Kompas memimpin di tempat pertama, sedangkan harian lain, katakanlah Media Indonesia dan Republika, menyusul jauh di bawah peringkatnya. Bukan sekadar nomor dua.

Koran Tempo hendak memasuki ruang kosong itu. Rencananya suratkabar ini dicetak 200 ribu eksemplar, 24 sampai 28 halaman. Penyebaran di Jakarta sekitar 70 persen. Sisanya, luar Jakarta.

Malela dan Haris mengaku mendapat inspirasi dari suratkabar Financial Times, harian bisnis dari London, serta Asian Wall Street Journal, yang terbit dari New York dan menerbitkan edisi Asia dari Hongkong.

Semula warna merah muda dan jenis kertas juga ingin meniru Financial Times. Namun, terbentur masalah harga.

Berita untuk Koran Tempo sebagian akan dipasok oleh Tempo News Room, sebuah institusi yang memantau berita, memuatnya dan melayani majalah Tempo, situs Tempo Interaktif, Koran Tempo, dan Tempo majalah bahasa Inggris.

"Bila sudah di-cross check, tiap detiknya bisa dikeluarkan di Tempo Interaktif, diperdalam di harian, dan diperdalam lagi dengan analisis di majalah," kata Malela.

Awal April ini Koran Tempo diluncurkan. Target mereka, setahun modal sudah kembali.

Yang menarik adalah bagaimana manajemen kelompok ini membagi waktu dan perhatian? Bagaimana duet Leonardi Kusen dan Bambang Harymurti, masing-masing presiden direktur dan direktur produksi PT Tempo Inti Media, mengendalikan bisnis mereka?

Menurut Malela, menerbitkan sebuah media sama seperti melahirkan bayi. Butuh perhatian besar, tapi tak berarti anak yang sudah besar diabaikan perawatannya.

Pemimpin redaksi Koran Tempo Bambang Harymurti, yang juga memimpin redaksi Tempo maupun Tempo bahasa Inggris, masih datang dan menjalankan fungsinya di Proklamasi -sebutan buat kantor Tempo yang majalah, di Jalan Proklamasi, Jakarta.

Kusen adalah pengganti almarhum Eric Samola, orang kepercayaan pengusaha real estate Ciputra, yang pada 1971 ditunjuk Ciputra untuk bekerja sama dengan wartawan muda Goenawan Mohamad mendirikan majalah Tempo.

Duet Harymurti dan Kusen, bakal diuji. Dapatkah mereka melebarkan sayap bisnis media ini, meneruskan pekerjaan yang dirintis Goenawan dan Samola 30 tahun lalu?*

kembali keatas

by:Anonim (sementara)