INTERNET sering diasosiasikan dengan Web, situs dunia maya tempat informasi diletakkan dan dicari. Sifat Web pasif dan menunggu pengunjung datang. Pada saat akses, pengunjung berinteraksi dengan server Web dan basis data di dalamnya. Pola interaksi ini tidak manusiawi bagi sebagian pemakai Internet.

Dalam berbagai survei, misalnya, pada http://dir.yahoo.com/Computers_and_Internet/Internet/

Statistics_and_Demographics/Surveis/, atau dalam berbagai diskusi dan seminar, ternyata aplikasi utama yang digunakan pengguna Internet adalah untuk berkomunikasi dan bersilaturahmi antar mereka. Bukan sekedar akses Web. Dalam survei yang dilakukan oleh Graphics, Visualization & Usability atau biasa disebut GVU Center, sebuah lembaga riset Amerika Serikat, (http://www.gvu.gatech.edu/user_surveis/) terlihat bahwa 84 persen responden memilih email sebagai aplikasi terpenting Internet, lebih penting ketimbang Web. Berinteraksi, bersilaturahmi antar manusia merupakan hal yang sangat manusiawi dan sangat dimudahkan dengan menggunakan surat elektronik (email) dan chatting. Sayangnya, chatting mengharuskan kedua belah pihak online pada waktu bersamaan. Survei GVU Center memperlihatkan chatting diminati hanya 22 persen responden.

Berbeda dengan chatting, email memungkinkan orang berkomunikasi tanpa harus online pada saat bersamaan. Tidak mengherankan jika email lebih banyak digunakan oleh para pemakai Internet.

Dengan teknik email yang baik, seperti diterangkan buku Teknologi Warung Internet, di mana saya ikut menulisnya, servis email dapat diberikan kepada pelanggan warung Internet dengan biaya Rp 20-30 ribu per bulan per pelanggan. Bahkan untuk sekolah atau lembaga pendidikan, akses email bagi para siswa dapat diperoleh dengan biaya sangat rendah. Sebagai contoh, di SMKN 6 Yogyakarta, para siswa dapat mengakses email dengan biaya Rp 5.000 per bulan. Di SMKN 1 Ciamis, biayanya Rp 1.000 per bulan. Di Universitas Parahyangan Bandung, para mahasiswa dapat mengakses Internet 24 jam dengan biaya Rp 4.300 per bulan. Jelas akses email jauh lebih murah ketimbang akses Web dan chatting yang umumnya sekitar Rp 3.000-5.000 per jam di berbagai warung Internet di Indonesia. Infrastruktur Internet swadaya masyarakat ini ada dan sangat dimungkinkan –tanpa bantuan pemerintah, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia atau International Monetary Fund.

Bagaimana sebuah komunitas maya dibangun? Ternyata jawabannya ada dalam buku karangan Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan terbitan 1999. Dari pengalaman saya selama sekitar 15 tahun berkelana di Internet, apa yang diterangkan dalam buku itu, ternyata tak berbeda jauh dengan apa yang terjadi dalam pembentukan berbagai komunitas maya di Internet.

Netiket (etika di Internet) adalah kesepakatan etiket yang perlu dihormati setiap individu yang berinteraksi di Internet. Jika ada individu yang melanggarnya, maka anggota komunitas yang lain biasanya mengingatkan individu tersebut untuk tak mengulangi. Netiket ini yang jadi koridor pengikat antar pengguna Internet dalam berinteraksi. Contoh sebuah Netiket dapat dilihat di http://groups.yahoo.com/local/guidelines.html. Isinya antara lain melarang pengguna Internet untuk mengganggu, mengancam pengguna lain, melanggar hak cipta, mengirimkan iklan, mengirim berita yang kasar, dan banyak lagi.

Proses pembentukan komunitas biasanya makan waktu cukup lama, antara satu hingga dua tahun. Lazimnya berawal dari beberapa individu yang berinteraksi tentang sebuah isu yang menarik bagi mereka. Anggota forum diskusi dapat bertambah dengan dibuka keanggotaan untuk publik. Dinamika kelompok jadi sangat menarik pada forum diskusi yang sifatnya terbuka, tanpa moderator, dan tak berpanutan pada seseorang atau sekelompok kecil elit.

Proses seleksi alam pun terjadi. Topik diskusi bisa bergeser ke hal-hal yang berguna bagi sebagian besar anggota komunitas. Menarik untuk diperhatikan bahwa dalam komunitas yang besar, misalnya asosiasi-warung Internet@yahoogroups.com atau itcenter@yahoogroups.com, akan muncul beberapa pemimpin hasil seleksi alam yang akan mendorong arah gerakan kelompok secara keseluruhan. Para pemimpin komunitas maya ini, biasanya juga merupakan pemimpin sesungguhnya di dunia nyata. Pemimpin dunia maya biasanya dihormati karena kepiawaian (knowledgable leader) dan kebijakannya; bukan karena kekuasaannya.

Dalam komunitas yang besar, biasanya kegiatan maya juga akan mendorong terbentuknya aktifitas di dunia nyata yang dapat berupa pertemuan, seminar atau workshop. Tidak terlalu mengherankan jika komunitas seperti asosiasi-warung Internet@yahoogroups.com mengadakan berbagai seminar, workshop, di berbagai kota di Indonesia, dengan frekuensi lumayan tinggi. Dari sisi dunia usaha, keberadaan komunitas besar di dunia maya ini sangat menarik karena secara langsung berhubungan dengan proses pengembangan pasar dan kebutuhan.

Pada akhirnya, dalam komunitas-komunitas maya yang besar dan berdiskusi secara positif, terjadi sebuah proses bola salju, menggelinding makin lama makin besar, yang menguntungkan semua partisipan yang terlibat di dalamnya, menuju sebuah tujuan bersama yang baik. Menarik untuk disimak bahwa bangunan yang jadi pijakan komunitas maya ini hanyalah sebuah platform berbentuk forum diskusi yang berbasis email.

PENGGUNAAN email untuk forum diskusi kelompok dikenal dengan teknik atau aplikasi mailing list. Mailing list menjadi aplikasi dasar utama dalam pembentukan berbagai komunitas maya.

Pada dasarnya mailing list bekerja dengan konsep yang sangat sederhana, seorang pengguna cukup mengirimkan sebuah email ke sebuah alamat email mailing list untuk kemudian disebarkan ke semua anggota mailing list yang tergabung atau berlangganan ke alamat email tersebut.

Bayangkan bagi seorang yang sedang kesulitan masalah komputer kemudian mengirimkan pertanyaan melalui email ke mailing list tempat berkumpul para hacker. Dia boleh berharap satu atau dua orang hacker mengetahui jawaban dari permasalahan yang dihadapinya. Mungkin hanya beberapa jam sebelum salah seorang hacker tersebut memberikan jawaban.

Mailing list di Internet beroperasi 24 jam tanpa henti sepanjang tahun. Jika seseorang secara serius, dalam selang waktu lama, beberapa bulan bahkan tahun, aktif berdiskusi, maka dapat diharapkan orang tersebut akan jadi "ahli" dalam bidang yang didiskusikan itu. Dalam dunia pendidikan, proses diskusi merupakan media yang paling efektif untuk melakukan transfer pengetahuan.

Dalam dunia usaha, pembangunan citra perusahaan jadi sangat penting untuk menangkap pasar. Proses pemasaran dan public relation sebuah perusahaan atau produk, pada dasarnya merupakan sebuah proses pendidikan kepada para pelanggan atau klien. Konsep pemasaran yang umumnya dianut saat ini banyak bergantung pada media non-interaktif, dengan sedikit seminar atau workshop. Dengan adanya mailing list, proses pemasaran dilakukan secara interaktif dan terus-menerus tanpa henti selama 24 jam sepanjang tahun. Dengan konsistensi pemasaran macam ini, dapat diharapkan citra dan eksistensi perusahaan akan jadi lebih kuat di mata klien. Tentunya nanti bagian pemasaran harus secara selektif memilih untuk aktif di mailing list tertentu yang sesuai dengan produk yang dipasarkan.

Jelas bahwa mailing list merupakan media yang lebih bersifat interaktif dan proaktif dibandingkan dengan Web maupun media cetak. Sifat ini jadi kunci utama untuk memperkuat citra dan eksistensi seseorang atau perusahaan di Internet secara keseluruhan. Konsekuensinya, seseorang atau perusahaan yang akan menggunakan mailing list, harus mau berinteraksi dan menjawab secara cepat menggunakan email, karena semua pengguna email berharap agar jawaban dapat dilakukan secara cepat. Untuk itu dibutuhkan orang atau staf yang ulet dan konsisten untuk menjawab berbagai pertanyaan. Dalam berbagai forum diskusi dunia maya, jangan kaget jika kita memperoleh jawaban langsung dari chief executive officer atau chief information officer.

SEJARAH komunitas Indonesia berbasis mailing list berawal sekitar 1987-1988. Pada waktu itu Internet masih belum terbentuk seperti sekarang ini. Sekelompok kecil mahasiswa Indonesia di Berkeley, Amerika Serikat, membentuk mailing list Indonesia yang pertama dengan alamat email indonesians@janus.berkeley.edu. Maka komunitas pelajar dan mahasiswa Indonesia di luar negeri pun terbentuk dengan adanya fasilitas diskusi maya ini. Awal diskusi sangat membangun dan berjiwa nasionalis.

Tapi pada 1989 muncul diskusi-diskusi bernuansa suku, agama, dan ras, yang lumayan hebat sedemikian rupa sehingga terjadi perpecahan di indonesians@janus.berkeley.edu. Ini berekor dengan terbentuknya kelompok-kelompok diskusi yang lebih kecil. Pihak Islam banyak dimotori oleh rekan-rekan dari Islamic Network (Isnet) dengan berbagai mailing list:

• is-lam@isnet.org – diskusi tentang Islam,

• dialog@isnet.org – diskusi tentang muslim dan non-muslim,

• hikmah@isnet.org – pertanyaan dan jawaban tentang Kristen oleh Isnet.

Sebaliknya, rekan-rekan yang beragama Kristen tak ketinggalan dengan kelompoknya dan membentu:

• paroki@paroki.org – untuk umat Katolik Indonesia,

• paroki_asia@wave.ec.t.kanazawa-u.ac.jp – untuk umat Katolik Indonesia yang berada di wilayah Asia Pasifik,

• iccn@dbs.informatik.uni-muenchen.de – Indonesian Christian Computer Network.

Di samping kelompok keagamaan, juga banyak terbentuk mailing list Indonesia yang sifatnya keilmuan:

• pau-mikro@ee.umanitoba.ca – kemudian hari menjadi mailing list para hacker Indonesia,

• ids@listserv.syr.edu – jaringan kajian pembangunan Indonesia.

• apakabar@clark.net – berdiri pada tahun 1991 diasuh John MacDougall termasuk paling populer dengan informasi bawah tanah di masa Suharto.

Dengan adanya Internet di Indonesia pada tahun 1993 dan 1994, serta kepulangan para mahasiswa yang belajar di luar negeri, mailing list Indonesia secara bertahap terbentuk di Indonesia. Pada 1995-1997, Institut Teknologi Bandung (ITB) memberikan fasilitas forum diskusi gratis bagi masyarakat Internet di Indonesia. Keberadaan mailing list ini sangat membantu proses pendidikan di ITB.

ITB memberikan servis sekitar 200-an mailing list gratis dengan anggota ribuan orang yang berinteraksi setiap hari. Secara fisik, aktifitas ini di layani oleh dua komputer Pentium II yang bekerja berdampingan. Pada komputer tersebut diaktifkan program majordomo yang berfungsi sebagai kontrol untuk mailing list.

Sebagian besar mailing list era itu kini telah jadi sejarah. Arsip-arsipnya dapat dilihat di http://www.umanitoba.ca/indonesian/milis.html atau http://www.airland.com/id/komputer/milis.html. Semoga sebagian masih dapat terselamatkan lewat berbagai mesin pencari (search engine) seperti http://www.yahoo.com atau http://www.google.com.

Hari ini, forum komunitas maya Indonesia lebih banyak bertumpu pada fasilitas gratis yang di berikan oleh yahoogroups.com yang dapat diakses pada http://groups.yahoo.com. Mereka melayani setidaknya 40 ribu mailing list dengan ratusan ribu pemakai. Jumlah ini kira-kira 200 kali lebih banyak dari fasilitas ITB. Gilanya, semua fasilitas yahoogroups.com dapat diakses secara gratis, tanpa membayar sepeser pun.

Usaha cukup keras tampaknya sedang dilakukan oleh PT Telkom Tbk. khususnya Divisi Multimedia yang membawahi TelkomNet. Mereka membangun sebuah server yang cukup besar untuk menampung forum-forum diskusi maya di Indonesia yang bisa digunakan secara gratis. Fasilitas ini berlokasi di http://www.plasagroups.com atau http://groups.plasa.com. Fasilitas yang disediakan belum sebanyak dan belum sepopuler yahoogroups.com. Tapi lumayan untuk jadi alternatif penghematan lalu lintas ke luar negeri.

SALAH satu tempat mangkal gratis paling menarik adalah egroups.com yang pada 2000 berubah nama jadi yahoogroups.com. Kemudahan cara membuat forum diskusi, fasilitas manajemen, serta pengarsipan yang baik, menjadikan yahoogroups.com basis utama komunitas dunia maya. Kebetulan juga bahwa semua informasi tentang nama, keterangan, dan gambaran umum forum diskusi, jumlah anggota, dan kondisi lalu lintas diskusi, semuanya tercatat dengan baik di yahoogroups.com. Informasi tersebut dapat dengan mudah diakses dengan fasilitas pencarian yang ada di yahoogroups.com. Hanya saja proses pengambilan datanya harus dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang lama.

Saya melakukan penelitian tentang komunitas maya Indonesia di yahoogroups.com pada akhir 2001 dan menemukan sekitar 49 ribu komunitas di sana. Sebuah kekuatan komunitas yang sangat besar yang terkonsentrasi di dunia maya.

Selama lebih dari satu bulan dengan akses Internet 24 jam di rumah, saya berhasil mengevaluasi lebih dari 25 ribu atau 52.1 persen dari seluruh komunitas tersebut. Untuk memudahkan penelitiannya, hanya komunitas dengan massa lebih dari 100 orang, yang saya analisis secara mendalam.

Dengan menekan tombol “Start a New Group” dan mengisikan beberapa informasi sebuah komunitas maya akan terbentuk. Memang untuk membuat forum diskusi di yahoogroups.com sangat mudah, konsekuensinya tak semua komunitas berhasil berkembang jadi komunitas yang besar. Hanya sedikit dari puluhan ribu komunitas tersebut yang akhirnya berkembang dengan anggota lebih dari 100 orang. Dari sekian banyak komunitas yang saya evaluasi, hanya 1170 (4,5 persen) yang komunitas berhasil mempunyai massa lebih dari 100 orang. Beberapa di antaranya mempunyai masa lebih dari 8.000 orang.

Agak sulit mengidentifikasi nuansa dan kategori masing-masing komunitas. Topik diskusi komunitas yang bernuansa sosial kadang berbau politik bahkan terkadang religius. Komunitas yang membicarakan keilmuan kadang bergeser ke arah usaha dan bisnis bahkan bukan mustahil timpang tindih dengan masalah politik. Dengan segala keterbatasan yang ada, pembagian nuansa komunitas yang dilakukan adalah sebagai berikut:

• Politik – topik sekitar partai, konflik diberbagai daerah, undang-undang

• Sosial – topik sekitar silaturahmi alumni, keluarga, anak jalanan, ilmu sosial

• Religius – topik sekitar dakwah, ikatan keagamaan

• Ilmu – topik sekitar tutorial, fisika, farmasi, programming, teknik

• Hobby – topik sekitar otomotif, terjun payung, penggunaan handphone, game, tenaga dalam

• Ekonomi – topik sekitar keilmuan ekonomi

• Bisnis – topik sekitar ekspor-impor, lowongan pekerjaan, usaha sampingan

• Pornografi – topik sekitar foto, bugil, selingkuh, cerita seru

Dari komunitas bermassa lebih dari 100 orang yang berjumlah 1170 buah, jumlah forum diskusi bernuansa sosial mendominasi sebesar 27.7 persen, sebagian besar merupakan wadah silaturahmi alumni, warga atau keluarga. Disusul oleh forum diskusi tempat belajar dan menimba ilmu sebesar 20.9 persen, yang didominasi oleh forum diskusi berbagai teknik komputer. Jumlah komunitas yang bernuansa usaha dan bisnis sebesar 14.9 persen, terutama didominasi oleh mailing list yang berkaitan dengan ekspor-impor dan berbagai lowongan pekerjaan. Eksistensi komunitas untuk menimba ilmu dan usaha akan lebih terlihat dominan pada saat saya menganalisis jumlah pesan yang berseliweran di komunitas tersebut. Hal ini sangat logis karena kebutuhan manusia untuk survive dalam dalam kehidupannya sangat tergantung pada ketrampilan dan celah usaha yang dapat di perolehnya.

Komunitas selanjutnya yang tidak terlalu besar, teridentifikasi bernuasa hobby dan kesukaan sebesar 9.0 persen, religius 12.6 persen, politik 7.4 persen, pornografi 6.2 persen, dan keilmuan ekonomi 1.2 persen.

Beberapa hal menarik untuk disimak. Tidak seperti gembar-gembor banyak lewat media massa, ternyata pornografi bukan mayoritas aktifitas komunitas Indonesia di dunia maya. Bahkan jika saya tela’ah lebih dalam, akan terlihat bahwa komunitas yang bernuansa pornografi ternyata sangat pasif.

Selanjutnya, isu politik bukanlah konsumsi yang menarik bagi sebagian besar komunitas maya Indonesia di Internet. Walaupun dalam analisis yang lebih mendalam harus diakui bahwa komunitas politik adalah komunitas yang termasuk paling banyak “bicara” di antara mereka.

Mari kita tela’ah lebih lanjut kemampuan masing-masing komunitas dalam mengumpulkan massa. Dari hasil rekapitulasi yang ada, di 1170 forum diskusi tersebut terkonsentrasi massa sebesar 425.478 orang. Massa sebesar 400 ribuan ini relatif kecil, dibandingkan klaim bahwa ada empat juta pengguna Internet di Indonesia oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (Bisnis Indonesia, 2 Januari 2002). Secara harfiah dapat diartikan bahwa, sebagian besar pengguna Internet di Indonesia, tak tahu atau belum tahu cara berintegrasi dengan komunitas maya melalui mailing list.

Menarik untuk disimak bahwa distribusi massa tidak sama dengan distribusi forum diskusi tempat mereka berdiskusi. Massa besar ternyata terkonsentrasi pada forum yang bernuansa silaturahmi dan keilmuan, masing-masing 19.4 persen dan 19.1 persen. Disusul forum bisnis sebesar 15.5 persen dari total jumlah massa. Ketiga urutan ini tampaknya sangat mencerminkan karakteristik isi komunitas Indonesia di Internet. Bersilaturahmi, belajar dan berusaha untuk survive dalam kehidupan, merupakan jalan yang ditempuh oleh sebagian komunitas Indonesia di Internet.

Yang mengejutkan, forum berbau pornografi ternyata punya konsentrasi massa 14.1 persen. Sebuah jumlah yang besar dengan jumlah forum diskusi yang hanya 6.2 persen dari total forum diskusi yang ada. Artinya, jumlah rata-rata massa yang terkonsentrasi dalam setiap forum pornografi cukup besar dibandingkan dengan forum-forum non-pornografi. Secara psikologis, hal ini menunjukkan bahwa cukup banyak manusia Indonesia yang berharap untuk memperoleh hiburan dari forum bernuansa pornografi ini.

Forum diskusi bernuansa religius menempati urutan selanjutnya dengan konsentrasi massa 12.7 persen, dilanjutkan oleh forum tentang hobby dan kesukaan dengan massa 11.1 persen, disusul oleh massa politik yang hanya 7.1 persen dan terakhir ilmu ekonomi yang hanya 0.9 persen. Terlihat sekali bahwa tak banyak sebetulnya orang Indonesia yang suka berdiskusi tentang masalah politik. Mungkin sebagian besar orang Indonesia sudah lelah dengan topik politik yang tiada ujungnya.

Walaupun demikian, yang cukup menonjol dari berbagai forum politik di yahoogroups.com adalah Partai Keadilan (PK). Tercatat paling tidak ada lima mailing list Partai Keadian yang cukup besar, di samping cukup banyak mailing list Partai Keadilan yang lebih kecil, dengan total massa sekitar 1.000 orang yang berdiskusi setiap hari melalui Internet. tampaknya Partai Keadilan merupakan partai yang cukup serius dalam menggunakan Internet sebagai basis media konsolidasinya.

Bagaimana dengan kondisi lalu lintas diskusi dalam masing-masing nuansa diskusi? Dari catatan lalu lintas diskusi di 1170 mailing list Indonesia, dengan anggota lebih dari 100 orang, tercatat bahwa pesan yang berseliweran selama tahun 2001 berjumlah 1.477.255 buah pesan. Jika rata-rata besar pesan sekitar 5.000 huruf, maka beban yang harus ditanggung infrastruktur Internet Indonesia untuk memfasilitasi diskusi komunitas Indonesia di Internet adalah sekitar 1,7 juta bit data setiap detik (1.7Mbps). Dalam bahasa sederhana, total lalu lintas berita yahoogroups.com ini akan memenuhi sebuah disket setiap delapan detik atau akan memenuhi harddisk dengan kapasitas satu Gbyte (milyard byte) dalam waktu 78 menit. Sebuah angka yang sangat tinggi untuk sebuah infrastruktur Internet.

Mari kita analisis persentase distribusi pesan pada masing-masing kelompok diskusi. Ternyata jumlah pesan di forum bernuansa pornografi hanya sekitar 42 ribu pesan (2.9 persen) selama tahun 2001. Jika masing-masing pesan membawa gambar dengan rata-rata besarnya 30 ribu byte, sialnya forum diskusi pornografi akan membebani 41.8 persen dari infrastruktur Internet Indonesia yang harus dialokasikan untuk memfasilitasi forum komunitas ini. Jadi walau pun pornografi di Internet kecil, ternyata sangat memboroskan devisa dan mengganggu infrastruktur Internet Indonesia yang mungkin dapat digunakan untuk hal yang lain.

Pesan yang berseliweran sangat didominasi oleh pesan-pesan untuk bersilaturahmi (22.2 persen). Barangkali hal ini sangat mencerminkan sifat natural dari bangsa Indonesia. Disusul oleh diskusi tentang keilmuan (19.0 persen), bisnis dan usaha (16.7 persen). Pesan yang berseliweran tentang agama hanya sekitar (12.3 persen) sedang diskusi tentang kesukaan atau hobby (15.5 persen). Bagaimana diskusi politik? Ternyata hanya mampu memakan 10.5 persen dari total pesan yang berseliweran..

Diskusi politik memang hanya memakan sedikit sekali (10.5 persen) dari total pesan yang berseliweran. Tapi jika dianalisis lebih dalam tingkat ke aktifkan partisipan diskusi, hasil sebaliknya yang akan terjadi. Tingkat keaktifan diskusi dapat diukur secara sederhana dengan membagi jumlah rata-rata pesan per bulan dengan jumlah anggota mailing list. Hasilnya partisipan diskusi politik menduduki ranking pertama dalam hal banyak bicara dengan rata-rata 5.2 pesan per bulan per orang. Jadi walaupun jumlah mailing list politik sedikit (7.4 persen), dengan jumlah peminat yang sedikit (7.1 persen), dan produksi pesan yang sedikit (10.5 persen), ternyata tingkat kemauan orang politik untuk berdebat dan bicara menduduki ranking pertama dari semua kategori forum diskusi.

Kedudukan diskusi politik disusul diskusi tentang hal kesukaan atau hobby dengan rata-rata pesan 4.9 pesan per bulan per orang. Hal ini menunjukkan orang Indonesia gemar berdiskusi tentang hal-hal yang jadi kesukaannya. Saya perhatikan secara sepintas, forum diskusi hobby yang cukup hot adalah tentang otomotif dan game. Diskusi silaturahmi, keagamaan, keilmuan dan usaha berada pada posisi yang hampir sama dengan rata-rata sekitar 3.5 pesan per orang per bulan. Pornografi sama sekali tak signifikan dengan kurang dari satu pesan per orang per bulan.

Lima mailing list paling banyak menghasilkan pesan email selama 2001 adalah, ahli (tentang hobby, 57540 pesan), proletar (tentang politik, 44871 pesan), mailplus (tentang teknik komputer, 37517 pesan), penyair (sastra, 23001 pesan), export-product-indonesia (bisnis, 21723 pesan). Yang agak mengagumkan, dan mengherankan saya, adalah mailing list ahli. Jumlah anggotanya hanya 204 orang tapi mampu berinteraksi dengan freukensi tinggi. Mailing list tentang hobby dan politik memang merupakan mailing list dengan jumlah pengguna tak terlalu banyak tapi mampu berinteraksi sangat intensif.

Enam mailing list dengan anggota terbanyak ceritadewi (tentang pornografi, 9280 orang), melayucyber (untuk silaturahmi, 8123 orang), indonesia-2001 (tentang politik, 7916 orang), daarut-tauhiid (tentang keagamaan, 6391 orang), cetivasi (tentang hobby, 6152 orang), dan photo-bugils (tentang pornografi, 6047 orang). Ceritadewi, indonesia-2001 dan cetivasi mempunyai lalu lintas yang rendah sekitar 10 email per bulan. Sedangkan melayucyber dan daarut-tauhiid mempunyai lalu lintas yang sedang sekitar 150 email per bulan. Dari ke enam mailing list ini, photo-bugils menduduki ranking teratas dari sisi lalu lintas email yang mendekati 800 email per bulan sebuah lalu lintas yang besar sekali bagi para penggemar pornografi.

Enam mailing list dengan partisipasi anggota yang paling aktif, adalah, ahli (tentang hobby, 24 email per bulan per anggota), export-product-indonesia (tentang bisnis, 17 email per bulan per anggota), imigran (tentang hal yang berkaitan dengan masalah sosial, 6 email per bulan per anggota), feui95 (untuk bersilaturahmi, 6 email per bulan per anggota), sttifxi (untuk bersilaturahmi, 6 email per bulan per anggota), KembaraHutanGunung (tentang hobby, 5 email per bulan per anggota). Mungkin terlihat sedikit hanya 5 hingga 17 email per bulan per anggota, tapi bayangkan mailing list ahli yang anggotanya hanya 204 orang, jika setiap orang mengirimkan email 24 buah per bulan. Ini berarti tiap orang akan menerima email dalam jumlah mendekati 5.000 buah per bulan atau beberapa ratus buah per hari. Sebuah jumlah yang memabukkan bagi yang belum biasa berkomunikasi tiap hari menggunakan email. Tingkat keaktifan ini juga memperlihatkan tingkat keakraban antar anggota komunitas tersebut selain kepiawaian masing-masing anggota dalam materi yang didiskusikan, karena tidak banyak orang yang suka menerima email dalam jumlah besar jika tidak akrab satu dengan lainnya.

Mailing list termuda dengan massa di atas 100 orang yang terdeteksi adalah politik-indonesia (politik) dan Film-Kristen (agama) yang di didirikan pertengahan Desember 2001. Massa keduanya masih sekitar 107 orang, lalu lintas email di keduanya masih rendah, jadi masih mungkin untuk tenggelam dan mati di perjalanannya.

Lima mailing list tertua dengan massa di atas 100 orang, adalah net-trade (346 orang, tentang bisnis, terbentuk 1 Mei 1998), labs-feusakti (125 orang, tentang ilmu pengetahuan, terbentuk 28 April 1998), indosexxx (3722 orang, tentang pornografi, terbentuk 14 April 1998), reformed (100 orang, tentang keagamaan, terbentuk 13 April 1998) dan yang tertua adalah trade (155 orang, tentang bisnis, terbentuk 9 April 1998). Umumnya lalu lintas email mereka sedang-sedang saja, sekitar 50-80 email per bulan, hanya net-trade yang menunjukkan lalu lintas cukup tinggi mendekati 600 email per bulan. Suatu prestasi yang lumayan sulit dicapai untuk dapat bertahan sedemikian lama.

Dalam dunia politik ada beberapa hal yang menarik. Ideologi sosialis dan marxist Indonesia paling tidak terdeteksi berada dalam sembilan buah mailing list. Beberapa mempunyai massa cukup besar, seperti, sosialista (149 orang), pemudasosialis (75 orang), sosialisgroup (92 orang), dan yang terbesar adalah indo-marxist (618 orang). Lalu lintas diskusi mereka relatif rendah hanya 1-5 email per bulan menunjukan ketidakaktifan diskusi ideologi sosialis.

Partai Keadilan saya temukan sebagai partai yang paling aktif menggunakan Internet untuk menggerakkan massanya. Umumnya mailing list Partai Keadilan cukup mudah diidentifikasi karena menggunakan awalan pk di awal nama mailing list-nya: partai-keadilan (534 orang), PK_Linkbisnis (528 orang), pk-bandung (167 orang), pkjaksel (114 orang), pk-pesanggrahan (107 orang)., dan yang terbesar adalah pk-info (1064 orang). Umumnya lalu lintas email sedang, sekitar 50-100 email per bulan, hanya partai-keadilan yang mempunyai lalu lintas email sangat tinggi hampir mendekati 1.000 email per bulan. Ini menunjukkan keaktifan gerakan Partai Keadilan secara umum di dunia maya dibandingkan partai-partai lainnya yang masih bertumpu pada media lama.

Setelah konsentrasi massa dan topik teridentifikasi, bagian yang paling seru adalah mengidentifikasi siapa saja pemain kunci atau pemimpinnya, serta pola pergerakan dan penetrasi ke dalam komunitas. Hal ini lebih sulit di lakukan dalam waktu yang singkat dengan sekian banyak komunitas Indonesia di Internet.

Pengalaman saya selama aktif di berbagai mailing list di Internet selama lebih dari 10 tahun, ada beberapa hal yang dapat teridentifikasi khususnya dari komunitas teknologi komputer dan internet, yang sering dikenal dengan kata telematika atau disingkat IT (Information Technology). Ada beberapa orang yang menjadi pemimpin dan umumnya menjadi selebriti di masyarakat tersebut. Beberapa pemimpin nasional di komunitas teknologi informasi yang dapat teridentifikasi seperti, Michael Sunggiardi, Hidayat Tjokro, Mas Wigrantoro, Heru Nugroho, Yohanes Sumaryo, Andi, dan Gatot HP. Perdebatan, diskusi, tukar pikiran antar pemimpin komunitas teknologi informasi dapat dengan mudah dideteksi di mailing list genetika. Tidak mengherankan bila para reporter dan wartawan IT dari berbagai media massa banyak berpangkalan di genetika untuk melihat langsung pertempuran yang terjadi. Selain pemimpin nasional, ada pula pemimpin yang bersifat lokal, di sebuah daerah atau kota, misalnya, Umar Tjokroaminoto (Medan), Adi Nugroho (Makassar), Penjor (Yogyakarta), Didin (Malang), dan Sanjaya Kosasih (Samarinda). Mereka adalah orang-orang yang sangat eksplisit bergerak memimpin massa yang ada untuk kebaikan komunitasnya. Beberapa orang, berhasil diekspose dengan cukup hebat oleh media massa dan jadi selebriti di masyarakat awam, seperti Roy Suryo dari Yogyakarta. Tentunya tidak ada keharusan seorang selebriti untuk jadi pemimpin, maupun sebaliknya.

Ciri yang menarik dari para pemimpin adalah insiatif mereka untuk bergerak, mengadakan kegiatan, memberikan sesuatu ke masyarakat banyak yang lebih daripada umumnya anggota biasa dalam sebuah komunitas. Menarik untuk disimak bahwa ternyata kebanyakan pemimpin justru bukan orang pemerintah, bukan birokrat. Mereka adalah rakyat biasa, pengusaha biasa di dunia nyata. Mereka disegani karena kepiawaiannya, keahliannya, kebijakannya dalam bidang yang mereka tekuni. Berbeda sekali dengan para “pemimpin” dunia nyata, di pemerintahan, yang kebanyakan birokrat karir yang mempunyai massa mengambang. Sejauh pengalaman saya menggembara di dunia maya, sangat jarang sekali “pemimpin” pemerintah maupun wakil rakyat yang mau berinteraksi, berdiskusi langsung dengan rakyatnya di dunia maya. Para pemimpin dunia maya biasanya berani membela komunitasnya dan berada di garis depan dengan konsekuensi seringkali berhadapan langsung dengan lembaga, instansi, badan usaha yang gerakannya tak menguntungkan bagi komunitas telematika Indonesia. Contoh nyata, di awal Januari 2002, beberapa rekan terpaksa berhadapan langsung melawan kebijakan pemerintah yang melindungi operator telekomunikasi, khususnya dalam hal jasa internet telepon. Tentunya masih banyak hal lain yang menyebabkan pertempuran berjalan terus antara pemerintah yang tak transparan dengan masyarakat maya yang sangat transparan.

Kegiatan komunitas di dunia nyata (bukan maya) biasanya banyak terjadi di sekitar pada pemimpin di dunia maya. Kegiatan ini dapat berupa seminar, workshop, panel diskusi, talk-show radio dan TV, maupun berbagai liputan media massa. Keberadaan massa komunitas maya yang besar sangat menguntungkan banyak pihak. Banyak seminar dan berbagai acara berjalan dengan biaya sponsor dari berbagai vendor karena mereka diuntungkan oleh keberadaan massa komunitas maya. Para vendor dengan rela jadi sponsor, karena proses edukasi merupakan bagian integral dari proses pembentukan demand yang sangat strategis artinya bagi omset penjualan para vendor. Pada akhirnya semua menjadi proses yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Pola untuk mengadakan kegiatan di sekitar para pemimpin akhirnya jadi pola yang sangat standar untuk melakukan penetrasi ke dalam massa sebuah komunitas.

Seluruh proses maupun platform yang dibentuk oleh massa digital ini merupakan swadaya masyarakat tanpa utangan Bank Dunia, IMF dan Bank Pembangunan Asia, yang dipimpin oleh orang-orang yang rela meluangkan waktu dan mengorbankan sedikit yang mereka miliki untuk orang banyak. Yang mengharukan, praktis para pemimpin dunia maya tidak ada yang berasal dari kalangan pemerintahan dan birokrat. Jadi apakah pemerintah masih diperlukan?*

by:Onno W. Purbo