Melarang Sinchan

Anonim (sementara)

Mon, 1 October 2001

TIAP Minggu pagi dan Kamis sore, Sinchan muncul di sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia. Ia melakukan berbagai kekonyolan.

TIAP Minggu pagi dan Kamis sore, Sinchan muncul di sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia. Ia melakukan berbagai kekonyolan. Memberi minum ibunya yang sakit dengan seember air atau mengajak orang menari sambil menggoyang-goyangkan pantat saat terjebak dalam lift. Sinchan tokoh film kartun anak yang kisahnya diangkat dari cerita komik karya pengarang Jepang Yoshito Usui.

Filmnya digemari anak-anak, begitu pula komiknya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh PT Indorestu Pasific. Tapi, kali ini kehadiran komik Crayon Sinchan tengah dipersoalkan.

Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P dan P) Kabupaten Sleman, Yogyakarta, mengeluarkan surat edaran. Surat tersebut dikirim ke seluruh Sekolah Dasar (SD) di Sleman, baik yang negeri maupun swasta, yang berjumlah 560 buah dengan sekitar 77 ribu siswa. Kepala kantor wilayah P dan P Sleman Sudarinto, melarang para siswa ini membaca komik Crayon Sinchan. Pelarangan tersebut berlaku mulai September 2001.

"Saya telah menginstruksikan pelarangan peredaran komik Sinchan kepada para guru dan kepala sekolah. Saya berharap mereka juga menyosialisasikan kepada orangtua murid untuk ikut mewaspadai beredarnya komik itu," ujar Sudarinto.

Pada awal 2001 juga terjadi reaksi terhadap komik Sinchan. Sebagaimana ditulis majalah Gamma, Murti Bunanta, dosen fakultas sastra Universitas Indonesia, yang sempat meneliti komik itu menyimpulkan komik Sinchan menipu para pembacanya. Komik tersebut menggunakan tokoh anak untuk mengungkapkan sikap dan pikiran orang dewasa. Sebagai langkah awal, Murti mengirim surat pembaca ke beberapa media. Tujuannya, memberitahu masyarakat "bahaya" komik itu bagi anak-anak.

Apakah surat edaran yang dikeluarkan Sudarinto diilhami tindakan Murti? Sudarinto mengatakan pelarangan komik Sinchan merupakan instruksi dari Jakarta, "Kami hanya menindaklanjuti saja."

Namun, menteri pendidikan Malik Fajar, membantah, "Tak ada instruksi dari pusat soal itu." Malik menilai pelarangan itu semata kebijakan kantor wilayah setempat setelah melihat situasi di lapangan.

Bagi Sudarinto, cerita komik itu, tak cocok untuk konsumsi anak-anak usia sekolah dasar. Sinchan anak nakal dan tingkah lakunya kurang sopan.

"Kekhawatiran saya, kalau anak-anak ini membaca akan meniru apa yang dilakukan Sinchan. Anak-anak di usia SD ini kan sukanya meniru," ujarnya.

Pelarangan tersebut mendapat sambutan hangat dari para orangtua murid. Didiet Sutanto, penyalur jamu tradisional yang anaknya duduk di kelas 3 SD Kanisius Demangan, Sleman, sepakat isi komik Sinchan tak mendidik. Ia sudah membaca komik tersebut dan juga menonton filmnya di televisi. Sinchan sering menentang nasihat orang tuanya.

"Lha, kalau anak-anak kita lantas meniru Sinchan, lantas nglunjak (kurang ajar) kepada kita, bagaimana? Kan ini tidak baik, tidak menghargai orangtuanya, tidak sopan," ujar Didiet. Sementara itu, Yoshua, anak Didiet Sutanto, kebetulan tak menyukai Sinchan.

Apa pendapat anak-anak sendiri? Simak saja komentar anak-anak kelas 5 SD Negeri Caturtunggal I, Sleman.

"Siapa yang pernah baca komik Sinchan?" tanya seorang guru di depan kelas.

"Saya," seru sebagian murid.

"Bagaimana isinya?" tanya guru itu lagi.

"Lucu dan saru (jorok)," sahut beberapa murid, di antaranya bernama Jefri.

Jefri, 11 tahun, ia tak pernah membeli komik Sinchan. Orangtuanya tak membolehkan. Kalau toh ia tahu isi komik itu, ketika diajak orangtuanya ke toko buku, ia sempatkan membacanya.

Surat edaran dari Sudarinto juga sudah sampai di sekolah tersebut, meski belum disosialisasikan. "Kami masih mempelajari komik Sinchan. Jangan sampai kami melarang tapi tak tahu alasan yang tepat ketika ditanya orangtua murid," ujar Suratini, kepala SD Negeri Caturtunggal I. Ia berencana menyosialisasikannya dalam minggu-minggu ini.

Di SD Negeri Gejayan Baru justru sebaliknya. Menurut R.L. Kristiana -pelaksana harian kepala sekolah- isi komik Sinchan mengandung banyak sisi negatif. "Ada yang menjurus ke porno. Coba saja baca, ada yang menceritakan Sinchan memakai pakaian dalam ibunya. Ada juga Sinchan yang masuk ke rok ibunya," tutur Kristiana, yang mengatakan memiliki beberapa buah komik ini.

Namun, Kristiana, meragukan efektivitas pelarangan tersebut. Di luar sekolah, komik Sinchan masih bebas beredar. Film kartunnya juga ditayangkan rutin di televisi, meski tak sejorok kisah dalam komik.

Karena itu, Kristiana mengimbau agar anak didampingi dan dibimbing, baik saat menonton televisi maupun membaca buku. "Jadi kita sebagai orangtua bisa mengarahkan. Ini, lho contoh yang jelek dan jangan ditiru, dan ini contoh yang baik yang perlu diteladani," katanya.

Meski banyak negatifnya, menurut Kristiana, cerita Sinchan juga punya sisi positif. Sinchan sering mengritik orangtuanya. "Ini sangat perlu bagi orangtua, karena orangtua juga tak lepas dari kesalahan. Karena itu, kritik itu perlu, jangan alergi pada kritik yang dilontarkan oleh anak," ujar Kristiana.

Tak semua orang setuju komik Sinchan dilarang. Seorang ibu berkata, "Biarkan saja komik Sinchan itu dibaca anak-anak. Tapi, kita harus mengarahkan." Celakanya, orangtua zaman sekarang banyak yang tak punya waktu untuk mendampingi anak mereka melakukan aktivitasnya.*

kembali keatas

by:Anonim (sementara)